Rabu, 29 Agustus 2018

Peran dan Fungsi Mahasiswa di Era Milenial

Catatan-catatan kecil ini akan menjadi sebuah rotasi sejarah yang akan mengantarkan mahasiswa dalam pergolakan untuk mencari identitas dirinya sebagai bagian dari lapisan masyarakat. Harapan terbesar dari perjalanan sebuah peradaban Bangsa ini adalah mahasiswa yang berjalan dalam kesadarnya yang utuh. Terlepas dari sebuah kepentingan-kepentingan kecil yang terlalu politis, mahasiswa menjadi penopang aspirasi dalam memberikan modal semangat kepada seluruh rakyat Indonesia. Dalam posisi tersebut, skema kebijakan Negara ini yang diciptakan oleh beberapa elitis tiran menjadi permasalah yang semestinya dipecahkan oleh segenap mahasiswa yang mengemban amanah intelektualitas yang lahir dari sudut-sudut laboratorium ilmiah yang disebut sebagai kampus.

Sejarah dari Bangsa ini seharusnya menjadi referensi yang kongkrit dalam hal layak positif dari Mahasiswa yang sadar akan eksistensinya sebagai makhluk sosial yang intelektual dan kritis. Sehingga nilai dari gejolak kritis mahasiswa yang variatif mampu untuk menjadi langkah taktis dalam menjalankan gerakan-gerakan yang berujung kepada kemenenangan akan kepentingan rakyat yang termarjinalkan. Gerakan- gerakan tersebut mampu untuk terciptakan jika kesadaran akan tanggungjawab mahasiswa dapat diketahui melalui beberapa medium yang hadir dalam diri secara objektive maupun potensi dari objek eksternal lainnya. Realitas membuktikan bahwa mahasiswa di era milenial ini telah terjerambak ke dalam dimensi keterpurukan akan sistem yang mengharuskan tanggungjawab itu meleleh menjadi sebuah ketakutan-ketakutan. Tentunya sistem tersebut tidak terlepas dari konstruk akan kondisi kampus yang makin memperihatinkan.

Mahasiswa secara ideal harus menyadari kondisi tersebut, karena secara non-struktural mereka tidak sepenuhnya terikat oleh pemerintahan. Pemahaman akan kesadaran secara objektif akan posisi dirinya sebagai sosok yang mengemban kata “Maha” menjadi konklusi kebebasan mereka dalam berpendapat serta membela kaum termarjinalkan melalui kaca mata kebijaksanaannya. Sejarah tidak pernah berbohong dalam fakta tertulisnya, bahwa pemuda atau mahasiswa memiliki posisi penting dalam mengubah bangsa ini dari penindasan kaum kolonialisme serta otoritarian kepemimpinan yang terjadi dari masa ke masa.

Mahasiswa di era ini memang buta akan sejarah, tanggungjawab dan substansinya sebagai sosok yang terpenting dalam struktur sosialnya, karena dirinya sibuk beronani di dalam kehidupan hingar bingar materialistik. Keterjangkitan oleh virus hedonisme dan pola pikir praktis adalah ciri-ciri mahasiswa hari ini. Pilihan mereka hanya satu yaitu kesenangan, sehingga mereka sangat muda untuk dibodohi melalui sistem tersebut dan tentu kebodohan tersebut merembes kepada lapisan bawah masyarakat. Terjangkitnya kemalasan dalam membaca buku, menulis serta berdiskusi secara ilmiah dan kritis telah merembes ke sudut-sudut kampus dan akibatnya mereka menjadi bodoh, malas dan apatis terhadap lingkungannya. Tentu iklim tersebut akan tidak menghasilkan hal yang baru serta kampus yang dikenal sebagai laboratorium Ilmiah pasti akan kehiangan eksistensinya.
Kampus adalah benteng terakhir mahasiswa hari ini. Kegelapan tentu menjadi wajah mahasiswa yang tak disinari oleh cahaya pengetahuan dan tentu gerakan akan mati serta pemerintah akan semakin merajalela dalam melakukan gencaran agresi penghisapan dan penindasan secara berlebihan. Orang tua akan mengalami penyesalan di kemudian hari bahkan petani, buruh dan masyarakat miskin kota akan semakin sengsara.

Kehidupan kampus menjadi suram dan tak menampilkan wajah idealnya sebagai poros keilmuan. Mampukan kita mengubah kondisi itu ?